Kelimutu
Di puncaknya pada ketinggian 1.650 m diatas muka laut Gunung Kelimutu (Keli=gunung Mutu=indah) menyimpan 3 buah danaunya. Penduduk sekitar dan terutama suku Lio percaya bahwa arwah-arwah penduduk yang meninggal akan bersemayam di ke tiga danau tersebut. Masing-masing adalah : Tiwu Ata Mbupu danau berwarna hitam yang menjadi tempat arwah orangtua, Tiwu Nuwamuri Koofai danau berwarna hijau yang menjadi tempat arwah orang-orang muda dan Tiwu Ata Polo danau berwarna coklat yang menjadi tempat arwah orang-orang jahat atau tukang tenung.
PUNCAK KELIMUTU
Jam 04.30 pagi kami sudah siap untuk berangkat. Ahmad driver kami yang
mengantarkan kami. Sara Moreira memilih naik ojek. Hujan gerimis mulai
turun. Wah. Penulis diam-diam berdoa dalam hati, agar perjalanan ini
tidak sia-sia. Mudah-mudah gerimis segera hilang agar dapat melihat
keindahan danau Kelimutu. Amin3X.Di jalan menuju puncak yang sempit tetapi beraspal bagus, beberapa bule nampak jalan kaki. Trekking ke puncak. Pada pos penjagaan kami berhenti sebentar untuk membeli tiket masuk. Beberapa bule nampak naik ojek. Seorang gadis dari Jerman antri di depan kami.
Jam 6 pagi mulai terang. Kabut masih menghalangi jalan membuat pandangan ke depan terbatas. Beberapa saat kemudian kami tiba di pelataran parkir. Di situ sudah banyak pengunjung yang menunggu untuk naik ke atas. Lalu kami berjalan ke puncak. Segmen awal jalan yang sudah diberi pavement berupa batu nampak cukup menanjak tajam. Tetapi ketika sampai di dekat puncak jalan yang hanya tanah gunung datar dan mudah. Setelah + 25 menit kami tiba di puncak. Cuaca masih kabut, dingin dan angin bertiup keras. Matahari sembunyi di balik awan dan kabut yang cukup tebal. Kami menunggu. Puluhan orang di puncak juga menunggu, dan (barangkali) sambil berdoa agar kabut segera sirna..
Dan … ketika angin bertiup keras, kabut pun tersibak! Dan … Danau Hijau – Tiwu Nuwamuri Koofai seperti muncul dengan tiba-tiba. Warna hijaunya yang indah muncul dari balik kabut tipis. Hampir seluruh pengunjung berteriak dan bergegas ke pinggir danau yang diberi pagar. Sayang yang nampak awal hanya Danau Hijau. Danau Coklat Tiwu Ata Polo yang warnanya mirip Coca Cola, yang letaknya bersebelahan danau Hijau; tidak kelihatan karena masih tertutup kabut.
Kami berlari ke sebelah belakang arah kami berdiri, dengan harapan dapat melihat Danau Hitam. Dan … untunglah diantara kabut tipis Danau Hitam Tiwu Ata Mbupu, kelihatan! Tebingnya curam dengan warna airnya kehitaman, nampak jauh dibawah.
Beberapa saat kemudian kabut kembali menyelimuti puncak Kelimutu 1.650 M. Kami harus sabar menunggu lagi, agar kabut segera sirna. Sementara matahari yang ditunggu terbit, hanya nampaknya sinarnya yang semburat dibalik selimut kabut.
Pak Aflinus penduduk lokal yang mengadu nasib menjadi pemandu wisata, menuangkan kopi panas dan menawarkan kepada kami. Asyik banget, minum kopi panas pada suasana begini! Dia juga menawarkan sarung tenun Ende untuk penahan dingin.
Di puncak Kelimutu dibangun sebuah tugu dengan tangga yang bertingkat. Jika kita berdiri di puncak tugu, maka kita dapat melihat ke 3 danau dengan baik. Hanya sayang kabut begitu pekat sehingga menghalangi pemandangan ke bawah. Menjelang siang kabut kembali menipis dan semua yang berada di puncak berebut memotret keindahan yang langka ini. Tetapi kabut kembali menutup puncak, maka kami ambil keputusan untuk turun. Melihat Tiwu Ata Polo dari dataran yang lebih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar