Taman Nasional Komodo
Taman Nasional Komodo terletak di antara dua pulau yaitu
Pulau Sumbawa dan Pulau Flores antara perbatasan Nusa
Tenggara Timur ( NTT ) dan Nusa Tenggara Barat ( NTB ). Di
sini terdapat tiga pulau utama atau pulau yang sedikit besar
yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca and Pulau Padar dan sisanya
adalah pulau kecil dengan luas daratan 603 km2. Total luas
Taman Nasional Pulau Komodo sekarang adalah 1917 km2.
Sejarah Taman Nasional
Pulau Komodo
Taman Nasional Pulau Komodo di temukan sekitar tahun 1980
dan telah di nyatakan salah satu bagian dunia yang perlu di
lindungi dan biosphere reserve oleh badan UNESCO pada tahun
1986. Taman Nasional ini awalnya di bentuk dengan tujuan
untuk melesatarikan spesies Naga yang unik dan langka (
Komodo ) yang di kenal dengan bahasa ilmiahnya Varanus
Komodoensis yang di temukan pertama kali oleh JKH Van Steyn
sekitar tahun 1911. Setelah itu bukan hanya Naga Komodo yang
di lindungi tapi semua keanekaragaman hayati baik laut dan
darat masuk dalam wilayah konservasi Taman Nasional Pulau
Komodo.
Mayoritas orang-orang yang tinggal di Pulau Komodo dan sekitarnya adalah Nelayan yang berasal dari Bima
Mayoritas orang-orang yang tinggal di Pulau Komodo dan sekitarnya adalah Nelayan yang berasal dari Bima
( Sumbawa
), Manggara, Flores Selatan, Sulawesi Selatan yang berasal
dari suku Bajau Bugis. Suku Bajau awalnya suku yang hidup
sebagai pengembara yang senang berpindah dari tempat yang
satu ke tempat yang lainya.
Penghuni asli Pulau Komodo adalah orang-orang suku Ata Modo yang masih ada di Pulau Komodo tapi seiring dengan pendatang dari daerah yang lain maka darah, adat budaya dan bahasa telah bercampur dengan pendatang baru.
Penghuni asli Pulau Komodo adalah orang-orang suku Ata Modo yang masih ada di Pulau Komodo tapi seiring dengan pendatang dari daerah yang lain maka darah, adat budaya dan bahasa telah bercampur dengan pendatang baru.
Kesehatan
Pulau Mesa adalah pulau dengan jumlah penduduk sekitar 1.500 orang, di sini air bersih atau air tawar tidak ada jadi rata-rata penduduk setempat membeli air Labuhan Bajo yang di bawa dengan derigen-derigen yang di angkut oleh kapal. Rata-rata keperluan untuk air tawar penduduk setempat adalah Rp. 100.000 per keluarga. Hampir setiap desa memiliki pasilitas medis walaupun dengan kualitas yang rendah tidak seperti kota-kota besar.